KISAH TUJUH ORANG PENEBANG KAYU





Alkisah ada tujuh orang penebang kayu yang sedang menebang kayu bersama-sama. Kepada masing-masing diberikan sebuah kayu.
Tukang kayu pertama berkata, “Ah, kayu ini masih hijau dan pasti berserat-serat, dan bila dipotong pasti akan merusak gergaji saya, “karena itu, ia menolak untuk memotong kayu tersebut.
Tukang kayu kedua berkata, “Ah, kayu ini kayu besi yang kerasnya dua kali daripada kayu jati, pasti akan keras dan merusak gergaji saya,” oleh karena itu, ia pun pergi dan meminta agar kayunya diganti.
Tukang kayu ketiga berkata, “ Ah, hari ini panas sekali, saya akan memotong kayu ini nanti saja bila panas ini sudah hilang,” maka dia pun segera berteduh
Tukang kayu keempat berkata,” Ah, pusing benar kepala saya hari ini, saya akan memotong kayu ini bila pusing di kepala saya sudah hilang,” ia pun segera pulang ke rumah untuk beristirahat.
Tukang kayu kelima berkata,” Ah, mengapa permukaan kayu ini tidak rata, banyak sekali benjolan-benjolannya, pasti akan sulit untuk memotongnya,” karena itu, ia mengikuti tukang kayu kedua dengan melaporkan kayu miliknya untuk diganti dengan yang permukaannya rata.
Tukang kayu keenam berkata,” Ah, gergaji saya tumpul, pasti tidak akan gunanya memotong kayu ini,”maka ia pun pergi.
Tukang kayu ketujuh meskipun hari itu cuaca sedang panas, gergajinya tumpul, kondisi badannya tidak sehat betul, yang ia peroleh kayu besi yang baru dan masih berserat-serat serta permukaannya tidak rata, ia tetap memutuskan untuk bekerja. Gergaji diasahnya dan mulai dipotong, ternyata tidak sekeras yang ia pikirkan dan setelah pekerjaannya selesai, ia mendapatkan upah yang banyak dari majikannya.

Hikmah:
Apabila kita dapat melakukan suatu pekerjaannya, janganlah menunda waktunya dan jangan terpengaruh oleh keadaannya, karena tanggung jawab kita adalah suatu hal yang penting untuk diselesaikan.



Sapu Lidi

SEBUAH PERENUNGAN

Saat itu hari menjelang sore. Di sebuah surau, terlihat seorang lelaki tua bersama beberapa orang anak remaja. "Sekarang Abah mau menerangkan satu hal yang sangat penting dalam hidup kalian," ujar lelaki yang menyebut dirinya Abah tersebut.
 
"Apa itu teh Abah?" tanya salah seorang anak. "Sebelum menjawab pertanyaan, Abah ingin setiap kalian membawa sebuah sapu lidi," jawab Abah. Anak-anak itu terlihat sedikit bingung dengan apa yang dikatakan Abah, tapi akhirnya mereka pun menuruti keinginan Abah. Masing-masing anak kembali ke rumah untuk mengambil sapu lidi.
 
"Nah, syukurlah kalian telah memegang sapu lidi," ujar Abah sambil memandangi anak-anak yang berjumlah empat orang tersebut. "Tugas kalian adalah menyapu halaman masjid ini sebersih mungkin. Agus menyapu bagian depan, Apud menyapu bagian kiri, Nana yang bagian kanan, dan Roni bagian belakang," kata Abah dengan rinci. Ia pun melanjutkan, "Abah beri kalian waktu selama tiga puluh menit untuk menyapu, setiap satu menit kalian harus mencabut sebatang lidi, dan setiap sapu harus terdiri dari tiga puluh batang lidi. Siapa yang paling banyak menyapu dan paling cepat, maka ia akan mendapatkan hadiah".
 
Segera saja keempat anak itu mengerjakan apa yang diperintahkan Abah. Dengan tekun dan gesit mereka menyapu halaman sekitar masjid yang cukup luas. Setiap satu menit Abah menepuk tangan sebagai tanda agar keempat muridnya mencabut sebatang lidi. Begitulah proses tersebut berlangsung. Batangan lidi yang berjumlah tiga puluh tersebut, satu demi satu hilang seiiring berlalunya waktu. Pada hitungan ketiga puluh, kumpulan lidi tersebut habis semua.
 
Setelah itu Abah memeriksa hasil kerja keempat muridnya. Tenyata hasilnya berbeda-beda. Ada yang mampu menyapu seluruh halaman, ada yang hanya setengah, bahkan ada yang hanya sedikit. Abah hanya tersenyum saja. Sejenak kemudian dia memanggil keempat anak tersebut.
 
"Anak-anakku, Abah lihat kalian sudah menyapu dan hasilnya pun Abah rasa cukup menggembirakan. Halaman masjid menjadi bersih, walaupun Abah melihat bahwa sebagian dari kalian tidak berhasil membersihkan sampah secara keseluruhan," ungkap Abah.
 
 Setelah semuanya berkumpul, Abah bercerita kembali, "Ketahuilah anakku, bahwa salah satu harta yang Allah berikan kepada manusia adalah waktu. Ia adalah modal terbesar yang harus kita gunakan sebaik-baiknya. Barangsiapa yang mampu memanfaatkannya secara baik, maka ia akan bahagia hidupnya; tapi barangsiapa menyia-nyiakan waktunya maka ia akan sengsara.
 
"Abah, apa hubungan antara waktu dengan sapu lidi?" tanya seorang muridnya. "Itulah yang akan Abah terangkan kepada kalian," kata Abah. Ia pun melanjutkan petuahnya, "Hidup seorang Muslim itu seperti sapu lidi yang kokoh. Setiap hari satu batang lidi gugur, sampai pada satu saat tidak ada lagi lidi yang tersisa. Jadi lidi ini dapat dianalogikan dengan waktu yang membentuk hidup kita. Kalau kita memboroskannya berarti lidi itu hilang tanpa kita sempat menyapu. Karena itu, menyapulah sebanyak dan sesering mungkin sebelum lidi-lidi itu berguguran. Gunakanlah waktu muda kalian untuk berkarya besar, sebelum datangnya waktu tua saat kalian tidak mampu lagi berbuat apa-apa".(Mq Media)

Ketika Orang Cerdas Jadi Bodoh


Meski setiap hari harus menerima ludahan dari seorang kafir quraisy, namun Rasulullah Muhammad Saw tidak pernah menaruh dendam ataupun kebencian. Bahkan ia membalasnya dengan menjadi orang yang pertama kali menjenguk ketika si peludah itu sakit. Begitu juga dengan peristiwa Thaif, sedemikian kejamnya masyarakat wilayah itu melempari batu, menzhalimi Rasulullah dan para sahabat sampai Izrail pun tak kuasa ‘menahan amarah’ dan menawarkan membalikkan gunung untuk ditimpakan kepada kaum Thaif. Namun manusia agung itu lebih memilih memaafkan.
Rasulullah mengajarkan (sekaligus mempraktekkan) keutamaan memberi maaf. Lebih umumnya, Rasulullah juga menekankan pentingnya setiap mukmin untuk memiliki kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri, yang kemudian kita lebih mengenalnya dengan istilah sabar. Orang yang paling sabar adalah orang yang paling tinggi dalam kecerdasan emosionalnya. Ia biasanya tabah dalam menghadapi kesulitan, ikhlas menghadapi berbagai cobaan, dan tenang dalam tekanan.
Daniel Goleman dalam bukunya yang menjadi best seller, Emotional Intellegence memaparkan tentang satu bagian penting dalam jiwa manusia yang bernama emosi yang dikatakannya justru sangat menentukan kebahagiaan dan penderitaan manusia. Menurut Goleman, emosi sangat mempengaruhi kehidupan manusia ketika mengambil keputusan karena tidak jarang suatu keputusan diambil melalui emosinya. Tidak ada sama sekali keputusan yang diambil manusia murni dari pemikiran rasionya karena seluruh keputusan manusia memiliki warna emosional. Jika kita memperhatikan keputusan-keputusan dalam kehidupan manusia, ternyata lebih banyak ditentukan oleh emosi daripada akal sehat.
Pada emosi, tambah Golemen, bergantung suka, duka, sengsara, dan bahagianya manusia; bukan pada rasio. Karena itulah hendaknya kita memperhatikan kecerdasan emosi selain kecerdasan otak. Disebutkannya, bahwa yang menentukan sukses dalam kehidupan manusia bukanlah rasio tetapi emosi. Berkaitan dengan ini, dari hasil penelitiannya ditemukan satu situasi yang disebut dengan When smart is dumb, ketika orang cerdas jadi bodoh. Ia menemukan bahwa orang Amerika yang memiliki kecerdasan atau IQ diatas 125 umumnya bekerja pada orang yang memiliki kecerdasan rata-rata 100. Artinya, orang yang cerdas umumnya menjadi pegawai dari orang yang lebih bodoh dari dia. Kecerdasan intelektual memang bisa membantu orang meraih kesuksesan, namun kesuksesan seringkali ditentukan oleh kecerdasan emosional. Dan kecerdasan emosional diukur dari kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri, itulah yang disebut sabar.
Seringkali kita menjumpai orang yang bersikap bodoh hanya karena tidak mampu mengendalikan emosinya. Rasulullah yang kita kenal tak memiliki kemampuan membaca dan menulis ternyata memiliki kecerdasan emosional yang luar biasa tinggi. Bayangkan betapa luhurnya orang yang memberi maaf kepada mereka yang melakukan kesalahan. Padahal perintah-Nya adalah memaafkan, terlepas orang yang melakukan kesalahan itu memintanya atau tidak. Mulialah mereka yang melakukan itu.
Demikian juga dengan kesadaran dan ketenangan yang tinggi dalam menghadapi berbagai kesulitan. Kunci suksesnya adalah mengendalikan emosi dan menahan diri (sabar), sehingga ia tak melakukan kebodohan dari ketergesa-gesaan atau amarahnya yang biasanya berujung pada penyesalan. Dan tidak jarang pada saat itu, tangan ini refleks memukul kepala, “bodohnya aku”. Wallahu a’lam bishshowaab (Bayu Gautama)


APA YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGHADAPI KEGAGALAN


                                                     (Valentino Dinsi, SE, MM, MBA)

Calon wirausahawan harus siap gagal. Fahamilah makna kegagalan. Tanpa faham filosofi itu, jangan berpikir mau mengambil jalan menjadi wirausaha. Alasannya, ada yang sukses dalam usahanya, ada yang belum berhasil. Pengusaha mengetahui bahwa ”kegagalan” bukan akhir permainan dan tidak boleh takut mengalaminya. Ia menyadari dengan keberanian, bahwa bisa saja mengatasi sesuatu yang tidak mungkin untuk berhasil.
Menghadapi risiko, adalah gabungan kerja keras, kecerdikan, kehati-hatian, kecermatan membaca peluang dan kesiapan menghadapi kegagalan maupun keberhasilan. Happy ending sebuah ikhtiar adalah keberhasilan. Ini dicapai, tentu setelah melewati keberhasilan demi keberhasilan kecil, seperti keberhasilan menyingkirkan kesulitan dan bahaya. Proses ini dibangun dari kesungguhan melahirkan segenap potensi diri seorang wirausahawan. Dengan begitu, ia mengubah “kekalahan menjadi kemenangan”, sebuah proses yang kecil peluang pencapaiannya tanpa kesiapan mental menghadapi kegagalan. Kalau Anda termasuk yang tidak siap gagal, lebih baik jangan meniti jalan ini. Bahkan, mengimpikannya saja, jangan!
Setiap kegagalan adalah pelajaran yang mendorong pengusaha untuk mencoba pendekatan baru yang belum pemah dicoba sebelumnya. Bagi pengusaha sejati, “Berani Gagal” berarti “Berani Belajar”. Dengan gagal dan dengan belajar, pengusaha bertumbuh menjadi orang yang lebih baik dan belajar bagaimana menciptakan kekayaan sejati. Walaupun pengusaha kehilangan kekayaan materi yang telah mereka peroleh, mereka tahu bagaimana menciptakan semua kekayaan itu lagi. Pelajarannya tidak pemah hilang. Sebaliknya, mereka yang tidak pemah mengalami perjalanan yang sulit dan menemukan kekayaan dengan mudah, tidak akan tahu bagaimana menciptakan kekayaan ketika mereka kehilangan. Dengan kata lain, mereka yang tidak gagal tak akan tahu kekayaan sejati.
Gemerlap materi, pada komunitas bahkan kehidupan sosial yang serba benda (materialistis), lebih banyak memperoleh penilaian tinggi. Sebaliknya, siapa pun mengalami kegagalan, sudah mendapat stempel sosial sebagai manusia yang kehilangan harga. The looser dunia usaha, sering menjadi figur yang menghadapi titik balik sikap sosial terhadapnya. Dulu, saat masih jaya, ia banyak rekan dan kolega, setelah gagal dalam usahanya, hampir semua rekan dan kolega yang dulu mendukungnya, menebar senyum ramahnya, bahkan mengajak bermitra, hilang sudah! Akibat cara pandang seperti ini, banyak wirausahawan yang traumatik terhadap kegagalan. Ini, “awal kematian” benih-benih kewirausahaan. Semua pihak harus mengubah sikapnya: doronglah masyarakat menjadi pihak yang turut membangun keberanian banyak orang untuk respek terhadap ikhtiar orang meraih keberhasilan dalam bisnis. Gagal atau keberhasilan, bukan menjadi satu-satunya alasan menghargai atau meremehkan wirausahawan. Tentu, sembari tetap mentransfer sikap-sikap arif, bahwa dalam setiap kegagalan selalu ada pelajaran berharga. Seorang bijak berkata,”sukses hanyalah pijakan terakhir dari tangga kegagalan.”


Kita perlu menggalakkan orang untuk berani mengambil resiko. Hal ini membutuhkan pola pikir yang sangat berbeda. Untuk kita, itu berarti mengabaikan peraturan yang telah berlaku baik selama 30 tahun lebih.

Lee Kuan Yew, mantan PM Singapura



Yang Diperlukan Untuk Menghadapi Kegagalan

Ada banyak pembahasan tentang tips menghadapi kesuksesan. Tetapi bagi kami, sama pentingnya, menyiapkan sejumlah hal untuk menghadapi kegagalan! Billy P.S. Lim, motivator kelas dunia yang berbasis di Malaysia, pernah menanyakan kepada peserta trainingnya tentang satu masalah menarik. ”Mengapa orang akan tenggelam apabila jatuh ke dalam air?”
Berbagai jawaban diberikan tetapi yang paling sering ialah ”Dia tak dapat berenang.” Yang hadir heran, karena Lim menyalahkan jawaban itu. Yang hadir mengira, Lim bercanda. Untuk menyakinkan mereka, Lim memberi contoh kejadian orang tenggelam di air sedalam tiga inci. Akhirnya, ia memberitahu jawabannya, yang akan ia berikan kepada Anda sekarang. Kami kutip pendapat Lim: ”Orang tenggelam karena dia menetap disitu dan tidak menggerakkan dirinya ke tempat lain.”
So? Berapa kali orang jatuh tak jadi soal. Yang penting kemampuannya untuk bangkit kembali setiap kali jatuh.


Ukurannya, Bangkit Lagi

Jangan ukur seseorang dengan menghitung berapa kali dia jatuh, ukurlah ia dengan beberapa kali dia sanggup bangkit kembali. Seseorang yang mampu bangkit kembali setelah jatuh, tidak akan putus asa. Menyedihkan, mendengar bahwa banyak orang seperti mereka, setelah sekali dua kali gagal, memilih untuk menetap di situ dan akhirnya mati sebagai orang yang sebenar-benarnya gagal, tersungkur, dan tidak bangkit lagi.
Apakah kualitas diri kita akan membantu bangkit kembali setelah kita terjatuh? Kualitas diri sendiri adalah sesuatu yang mesti saya sebutkan, karena kalau tidak, makna buku ini tidak sempuma.


”Tidak ada apapun di dunia ini yang bisa menggantikannya. Bakatpun tidak; Banyak sekali orang berbakat yang tidak sukses. Kejeniusanpun tidak; Jenius yang tidak sukses sudah hampir menjadi olok-olokan. Pendidikanpun tidak; dunia ini penuh dengan orang terpelajar. Hanya kemauan dan ketabahan saja yang paling ampuh.”

Ya, ketabahan, yakni kemampuan bangkit kembali untuk kesekian kalinya setelah terjatuh. Dalam benturan antara sungai dan batu, air sungai senantiasa menang bukan dengan kekuatan tapi dengan ketabahan. Seberapa jauh Anda jatuh tidak menjadi masalah, tetapi yang penting seberapa sering Anda bangkit kembali.
Apabila Anda dapat terus mencoba setelah tiga kegagalan, Anda dapat mempertimbangkan diri untuk menjadi pemimpin dalam pekerjaan Anda sekarang. Jika Anda terus mencoba setelah mengalami belasan kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri Anda. Seperti Thomas Alfa Edison, saat ditanya, bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal? Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, General Electric ini menjawab,

”Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.”

Sungai Colorado mengalir tabah terus-menerus, melahirkan Grand Canyon. Charles Goodyear yang tekun, membuahkan ban yang memungkinkan kendaraaan melaju kencang. Tabahnya Wright bersaudara membuahkan pesawat terbang. Bethoven, mengisi dunia dengan musik inspiratif, John Milton membuahkan karya puisi indah yang menyejukkan hati, perempuan tuna netra yang tegar Helen Keller, memberikan harapan kepada semua orang cacat, ketabahan Abraham Lincoln membuatnya terpilih menjadi presiden. Dan, tentu, Thomas Alfa Edison, memberi kita cahaya listrik. Kesuksesan tergantung pada kekuatan untuk bertahan. Kurang tabah merupakan salah satu alasan orang gagal dalam bisnis, politik, dan kehidupan pribadi.

Setiap orang sukses menyatakan bahwa kesuksesan hanya berada di luar ketika mereka yakin idenya akan berhasil.”
Dr. Napoleon Hill



Menarik Hikmah, Jangan Menyerah


Anda tumbuh menjadi semakin dewasa dan bijaksana. Dulu Anda menanggung kegagalan secara pribadi. Ketika kulit Anda mulai berkerut sejalan dengan perjalanan usia, Anda cenderung belajar dari kesalahan - kesalahan Anda
Cheong Chonng Kong

Secara sederhana, kegagalan adalah situasi tak terduga yang menuntut transformasi dalam sesuatu yang positif. Jangan lupa bahwa Amerika Serikat merupakan hasil dari kegagalan total. Karena Columbus sebenarnya ingin mencari jalan ke Asia.
Eugenio Barba.


Mengantisipasi bencana sejak dini, karakteristik seorang entrepreneur. Jangan biarkan kebanggaan dan sentimen mempengaruhi keputusan-keputusan Anda. Sebuah gagasan gagal, adalah pelajaran ada saat untuk bangkit kembali untuk mengejar target-target Anda berikutnya.


Babe Ruth, pemain baseball terkenal, tidak hanya mencetak 714 home run, namun dia juga pernah luput (strike out) 1330 kali.

Ray Meyer, pelatih bola basket legendaris di DePaul University telah memimpin timnya memenangkan 37 musim, kompetisi. Saat timnya kalah, setelah kemenangannya yang ke-29, dia ditanya bagaimana perasaannya. “Luar biasa!” katanya. “Sekarang kami dapat mengkonsentrasikan diri bagaimana memenangkan permainan daripada memikirkan kekalahan ini.”
Kegagalan, jangan biarkan sebagai sesuatu yang final. Entrepreneur sejati, memandang kegagalan sebagai awal, batu loncatan untuk memperbaharui kinerja bisnis mereka di masa mendatang. Pemimpin tidak menghabiskan waktunya memikirkan kegagalan.
Untuk memicu kesiapan mental Anda, kita belajar dari cerita tentang seorang eksekutif IBM yang memiliki prospek cerah. Ia baru saja melakukan kesalahan transaksi yang merugikan perusahaan jutaan dollar. Thomas J. Watson, pendiri IBM, memanggil eksekutif muda itu ke kantornya. Spontan eksekutif itu berkata.


“Saya tahu Anda pasti meminta saya mengundurkan diri, bukan?”
”Anda tidak perlu cemas. Kami baru saja mengeluarkan jutaan dolar untuk mendidik Anda!” Begitu jawab Watson.

***
Perusahaan seperti milik kami harus menciptakan suasana di mana orang-orang tidak takut mengalami kegagalan. Ini berarti kami menciptakan sebuah organisasi dimana kegagalan tidak hanya ditoleri tetapi ketakutan dikritik karena menyampaikan gagasan bodoh juga dihilangkan. Jika tidak, maka banyak orang yang merasa cemas dan tidak nyaman. Dan gagasan-gagasan brilian yang sangat potensial tak akan pemah terucapkan dan tak akan pemah terdengar. Kegagalan masih bisa ditolerir selama itu tidak menjadi kebiasaan.
Michael Eisner, Walt Disney Corp.

Jadi? Ya, gagal bukan kiamat bisnis, tapi jangan kelewatan. Apalagi menjadi “kebiasaan”. Kerjakan yang mampu dilakukan, semakin terbatas sumber dana, Anda patut semakin bijaksana. fahami, kapan harus meminimalisasi kerugian.

Bila Jatuh, Cepatlah Bangkit

Di dunia kerja, yang disebut masalah sesungguhnya adalah kesempatan yang menunggu, dipungut.
Henry J. Kaiser


”Bagi saya pribadi, krisis Asia telah berakhir pada saat dimulainya persaingan untuk mendapatkan hotel Regent Bangkok pada bulan Maret 1999. Setelah melewati masa-masa sulit selama dua tahun sebelumnya, mendadak saya memutuskan mengikuti lomba balap Ferari di Perancis serta bersaing di ring dengan Goldman Sachs Co., salah satu bank investasi terbesar dunia.”
William E. Heinecke, konglomerat Thailand


Pembaca, saat banyak konglomerat bangkrut dan bank-bank mengalami kegagalan di Thailand, tujuh hotel milik Heinecke, restoran siap saji dan perusahaan lainnya terus berusaha keras keluar dari krisis serta berusaha mendulang keuntungan di tahun 1998. Meskipun banyak analis meramalkan tentang pertumbuhan ekonomi pada tahun 1999 dan menguji Baht Thailand, tidak banyak perusahaan yang bisa menandingi kemampuan kerja kelompok bisnis Heinceke.
Fantastis, hotel Heinecke mengalami kenaikan 24%, 246 restoran kelompok bisnisnya menarik lebih dari tak kurang dari lima juta pelanggan! Pada tahun 1997 kelompok perusahaan Heineke mengalami kerugian 1 milyar baht, tetapi setahun kemudian tiga perusahaannya yang telah go public, mendapatkan keuntungan bersih 500 juta baht, pada triwulan pertama tahun 1999, keuntungannya lebih banyak lagi.
Belum yakin, kegagalan, hanyalah sebuah tikungan tajam yang menuntut ”kendaraan” usaha, sedikit mengurangi kecepatan, lalu di depan, begitu melihat ”jalan mulus peluang”, Anda bisa menebusnya dengan kecepatan yang lebih tinggi. Bisnis Heinecke di Thailand, saat ini benar-benar telah pulih.
Regent Bangkok, salah satu hotel terbesar di Asia, tingkat huniannya tetap tinggi. Saat itu, Regent di bawah kontrol beberapa perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan dan manajerial seperti halnya perusahaan-perusahaan lainnya di Thailand sehingga mereka berusaha untuk menjual saham Regent. Regent dimiliki oleh Rajadamri Hotel Company yang kemudian 32% sahamnya dimiliki oleh sebuah perusahaan Jepang yang telah bangkrut yang diwakili oleh sebuah bank Jepang yang cukup besar.
Masih ada lagi faktor lain yang lebih penting. Rajadamri Hotel Company juga memiliki 26% saham hotel bintang lima milik Heinecke, di Thailand Utara, Regent Chiang Mai. Heineke enggan menjualnya pada orang asing karena ia tak ingin ada orang asing menguasai tanah keramat itu. Bagi Heinecke, ikut ambil bagian dalam kepemilikan saham Regent Bangkok yang dijual pada awal tahun 1999 merupakan tindakan yang tepat, setelah sebelumnya ia sudah memiliki saham Regent hampir 29%.
Apa kata Heineke tentang pelintasan bisnisnya yang penuh tikungan di masa krisis ini?

“Ini adalah persaingan dimana saya harus mengeluarkan segala strategi dan kemampuan yang telah saya pelajari : mempercayai intuisi, menggunakan jaringan kerja kontrak yang mapan, menggunakan sejumlah pakar dan merencanakan strategi-strategi dalam situasi yang selalu berubah cepat jika diperhatikan, persaingan ini merupakan mikrokosmos semua strategi. Saya berusaha menguji kemampuan saya dengan lawan-lawan yang benar-benar tangguh. Goldman Sachs, salah satu grup investasi terkuat di dunia ini, merupakan pemegang saham individu terbesar Regent Bangkok, tapi itu tidak berarti bahwa mereka bisa berbuat sesuka hatinya. Saya kira bagi seorang yang tidak lulus perguruan tinggi, hasil seperti ini sudah cukup memuaskan”.



Bila Semuanya Gagal

Tekun, mengerahkan segenap daya, dan masih gagal juga. Apa yang harus kita lakukan?


Saat gagal menimpa, kendati lelah dan kecewa berat, jangan matikan energi kreatif Anda. Tetaplah berpikir kreatif. Sempurnakan produk yang ada, atau hasilkan produk baru atau usaha baru yang mungkin belum terpikirkan.
Jangan terpaku pada karier dan keterampilan yang dimiliki, yang terlalu lama bersandar pada lingkungan di mana kita dibesarkan atau selama ini bergulat. Kadang kala apabila seseorang gagal setelah berusaha dengan tabah dan mengerahkan sepenuh tenaga untuk sekian lama, mungkin tiba saatnya ia mengkaji kembali bidang yang digeluti dan menilai apakah ia mampu untuk mendapatkan apa yang dinginkannya di bidang tersebut.
Banyak cara untuk mencapai tujuan hidup. Sebagian lebih cepat atau lebih lambat daripada yang lain. Sebagian kurang berisiko tetapi lebih lambat daripada yang lain.
Saran kami, janganlah terlalu kaku mengatakan bahwa Anda tidak bisa berubah. Kami sendiri, kerap berubah seiring dengan perkembangan in put dan stimulasi kondisi di sekitar kami. Tanpa itu, bagaimana mungkin kami menyusun sebuah buku, memberi pencerahan bagi banyak orang?
Kadang kala dalam kehidupan kita terpaksa menekuni bidang usaha yang berlainan dan kita mesti menyesuaikan segala keterampilan dan bakat yang tidak kita peroleh dari bidang-bidang usaha di masa lalu. Lalu? Salurkan kekuatan itu di bidang usaha yang baru. Mungkin, kita dipaksa mempelajari keterampilan baru, sebagai konsekuensi menghadapi tantangan serba-baru itu.
Pernahkah Anda bertanya bagaimana orang Jepang bangkit kembali dari kehancuran PD II untuk menjadi pengusaha ekonomi yang unggul saat ini? Dulu, produk Jepang sempat dinilai murahan, tidak berkualitas, dan stigma jelek lainnya. Tapi sekarang, sulit bagi kita untuk hidup tanpa barang-barang buatan Jepang di dalam rumah kita. Ini tidak hanya berlaku di Negara kita saja, tetapi bahkan di seluruh dunia.
Orang-orang Jepang tidak menciptakan mobil. Tidak juga kamera, kulkas, televisi, AC, mesin cuci, penghisap debu, film atau system perangkat audio berkualitas tinggi. Mereka tidak menciptakan banyak benda. padahal yang mereka lakukan ”hanyalah” meniru.
Hakikat :peniruan ala Jepang”, sarat pesan penting bagi calon entrepeneur. Di sana ada proses penyempumaan tanpa kenal lelah, sampai akhirnya ”tiruannya” lebih baik dari aslinya! Mereka menggunakan ”kreativitas” untuk menyempumakan barang yang sudah ada. Tak ada yang membantah, Jepang meraih suksesnya. Kultur entrepreneurship tumbuh subur di sana, menyebar menguasai dunia.
Jika Anda menyadari bahwa Anda tidak berhasil mencapai tujuan Anda pada suatu pekerjaan di mana Anda telah dilatih untuk melakukannya, latihlah atau lengkapi diri Anda dengan pekerjaan yang memberi peluang meraih yang lebih baik di masa depan. Janganlah gantungkan diri Anda pada satu keterampilan saja. Sebagai manusia, Tuhan memberi kita kemampuan untuk mempelajari keterampilan baru dan menerjuni bidang usaha lain. Jangan ”hidup-mati” Anda gantungkan pada satu bidang saja. Orang lain bisa sukses. Anda tentu juga bisa. hanya saja, ada yang lekas tercapai, ada yang masih berliku.

”Jangan malu karena gagal, …seperti Christopher Colombus.”

”Ketahuilah apa yang akan Anda lakukan, lakukanlah dan jangan menunda kembali. Jika Anda membuat kesalahan, buatlah kesalahan yang hebat. Seperti orang yang sampai di persimpangan jalan dan bertanya,”Arah manakah yang perlu saya tuju, arah sana atau sini?” Pergi saja! Pilih satu arah dan pergilah. Unsur masa itu pasti ada. Segala sesuatu mempunyai waktu dan tempat yang wajar.”
Gum Rutt

Tengok kiri-kanan Anda. Produk Cina, membanjiri negeri ini. Bayangkan, seperti apa sepuluh atau duapuluh tahun yang akan datang? Akankah ini kita terima sebagai ”keharusan ekonomi”? Tidakkah Anda mulai berpikir hal yang sebaliknya? Anda bisa!



APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN PENGUSAHA



J.B. Say seorang ekonom Peracis pada awal abad 19 dihargai secara umum dengan mengenali bahwa seorang pengusaha dalam masyarakat kapitalis adalah sumbu dan semua hal berbalik. Definisi terkini mengenai seorang pengusaha adalah: Orang yang membentuk ulang atau mevolusir pola produksi dengan memanfaatkan suatu penenmuan atau, secara lebih umum, sebuah kemungkinan teknologis yang belum pernah dicoba untuk rnenghasilkan suatu komoditi baru ataupun memproduksi suatu bentuk lama dengan cara baru. Tindakan ini akan membuka suatu sumber baru yang menyediakan bahan atau outlet baru untuk pro­duk dengan mengorganisir ulang suatu industri


Apakah Anda memiliki atribut-atribut ini?

Pengerahan Diri
Pendisiplinan diri dan secara menyeluruh merasa nyaman bekerja untuk diri sendiri.

Pengasuhan Diri
Antusiasme tak terbatas untuk ide-ide Anda saat tak seorang pun memilikinya.

Orientasi pada Tindakan

Hasrat menyala untuk memujudkan, mengaktualisasikan dan mengubah ide-ide Anda menjadi kenyataan.

Energi Tingkat Tinggi
Mampu bekerja dalam waktu lama secara emosional, mental dan fisik.

Toleransi atas Ketidakmenentuan
Secara psikologis mampu menghadapi resiko

Beberapa isu kritis untuk dipertimbangkan

√ Kemampuan Sumber Finansial              √ Ketrampilan-Ketrampilan Manajemen

√ Banyak Kontak                                         √ Ketrampilan-Ketrampilan Teknis

√ Ketrampilan Komersial                           √ Kemauan untuk mendengar


(Anda temukan urutannya atau tidak. Yang kalah banyak dan itu sangat menyakitkan. Kemenangan yang diraih membuat semuanya layak diperjuangkan. )

Apakah Anda memiliki atribut-atribut ini?

1.Apakah Anda mendambakan keamanan dari kerumunan?
2.Apakah Anda beroperasi berdasar konsensus dan komite?
3.Apakah Anda mau memberi pengorbanan?
4.Apakah Anda merasa nyaman bekerja 6 atau 7 hari, 60-80 jam seminggu?
5.Apakah Anda mudah dikacaukan saat mengerjakan proyek khusus?
6.Apakah Anda siap untuk melakukan lebih dari yang dilakukan pesaing Anda?
7.Dapatkah Anda membuat keputusan penting?
8.Dapatkah Anda mengendalikan diri saat mereka di sekitar Anda tak lagi mampu?



Sanksi Pidana Bagi Pemberi Sedekah di Jakarta


Perda Ketertiban Umum DKI Jakarta yang baru memuat ancaman pidana bagi masyarakat yang memberi sedekah kepada pengemis dan membeli dari pedagang asongan. Sebagian kalangan menyambut Perda itu dengan kritik karena dinilai justru dapat menjatuhkan wibawa hukum.

Keberadaan pengamen, gelandangan dan pengemis (gepeng) di tempat-tempat umum tampaknya membuat jengah pemerintah pusat maupun di daerah. Berbagai upaya untuk menekan keberadaan gepeng pun dilakukan mulai dari menciduk gepeng yang berkeliaran di tempat umum hingga melakukan operasi yustisi kependudukan kepada masyarakat yang tidak memiliki kartu pengenal.

Pemerintah daerah pun mencoba membuat 'terobosan' kebijakan. Contohnya adalah Pemda DKI Jakarta. Setelah disepakati dengan DPRD DKI Jakarta di dalam rapat paripurna yang berlangsung Senin (10/9), Pemda DKI pun menetapkan Peraturan Daerah (Perda) baru tentang Ketertiban Umum untuk menggantikan ketentuan yang lawas, Perda Nomor 11 Tahun 1988.

Salah satu 'terobosan' yang diatur dalam Perda baru yang belum bernomor ini adalah mengenai larangan kepada masyarakat untuk membeli sesuatu dari pedagang asongan atau memberikan sejumlah uang kepada pengemis, pengamen dan pengelap mobil. Larangan ini termaktub dalam Pasal 40 huruf c Perda itu.

Larangan dalam ketentuan itu tidak main-main, ancaman sanksi sudah menunggu. Pasal 61 Ayat (1) mencantumkan ancaman sanksi terhadap pelanggar setiap orang yang nekat melanggar larangan itu. Yaitu kurungan selama 10 hingga 60 hari, atau denda antara Rp100 ribu hingga Rp20 juta.

Saat dihubungi melalui telepon (11/9), Jornal Effendi Siahaan, Kepala Biro Hukum Pemprov DKI Jakarta menjelaskan mengenai fenomena umum dimana masyarakat cenderung membiarkan keberadaan gepeng. “Bahkan tak jarang juga masyarakat yang memberikan sedekah kepada pengemis di jalanan yang notabene adalah tempat umum,” kata Jornal.

Kondisi tersebut, menurut Jornal, malah tidak mendidik gepeng. “Sebaliknya, dengan terus memberikan sedekah, malah membuat pengemis semakin tergantung. Ujung-ujungnya, mereka akan menjadikan kegiatan mengemis sebagai mata pencahariaannya.,” tambahnya. Jika demikian, target pemerintah untuk mengurangi angka gepeng menjadi mustahil untuk diwujudkan.

Selain itu, Jakarta sebagai ibu kota dimana peredaran uang dan perokonomian terpusat, memiliki magnet tersendiri dalam menarik gepeng. “Apalagi ini menjelang Ramadhan. Seperti pengalaman yang sudah-sudah, hampir dipastikan membludaknya jumlah gelandangan dan pengemis di Jakarta. Ini akan menimbulkan masalah sosial lainnya jika tidak ditangani,” tambahnya.

Kondisi ini menurutnya akan berbahaya manakala 'profesi' pengemis dijadikan sebagai komoditas bagi segelintir orang untuk memanfaatkan orang yang lemah secara ekonomi. Jornal lantas membeberkan fenomena gepeng gadungan dan sindikat pengorganisir gepeng. “Tidak jarang gepeng yang ada di jalanan itu adalah korban sindikasi pengorganisir gepeng. Ini lebih berbahaya lagi karena terjadi eksploitasi terhadap rakyat kecil,” ungkap Jornal.

Atas dasar pertimbangan itu, masih menurut Jornal, larangan dalam Pasal 40 huruf c itu dihadirkan di dalam Perda. “Pilihan untuk mengkriminalisasikan pemberi sedekah itu kita ambil sebagai salah satu upaya untuk memberantas mental mengemis yang sudah menjangkiti masyarakat kita,” tuturnya.

Dihubungi terpisah, pengamat Kebijakan Publik Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago menyatakan pada prinsipnya ia sepakat dengan tujuan Perda yang bermaksud untuk mewujudkan suasana perkotaan yang kondusif, aman, nyaman dan tertib.

Hanya saja Andri, demikian ia lazim disapa, mengingatkan Pemda untuk menyiapkan aparat penegak hukum dan kelengkapan peraturan teknis dari Perda itu. “Karena kalau dua hal itu tidak dipikirkan secara matang-matang, maka Perda itu tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan bukan tidak mungkin terjadi penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh aparat penegak hukum karena hanya digunakan sebagai alat represif,” tuturnya.

Menurut Andri, masalah sosial seperti ini, tidak bisa diselesaikan hanya dengan untaian kata yang terdiri dari huruf mati yang terdapat di dalam peraturan perundangan. Ia menambahkan selain peraturan yang bersifat represif, Pemda juga harus membuat sebuah kebijakan yang sifatnya preventif dan juga yang berisikan solusi. “Pemda harus mengeluarkan itu semua dalam satu paket kebijakan untuk mengurangi angka gepeng.”

Lebih jauh Andri mencontohkan Pemda Makassar yang lebih mengedepankan upaya preventif. “Di berbagai sudut di Makasar, terdapat sejumlah spanduk yang memberi peringatan kepada masyarakat untuk tidak memberikan uang kepada gepeng, karena hanya melanggengkan keberadaan gepeng. Tidak ada ancaman sanksi bagi pelanggarnya,” Andri berujar. Hasilnya ternyata cukup efektif dalam menghambat laju pertumbuhan gepeng di kota itu.

Taufik Basari sependapat dengan Andri. Direktur Bantuan Hukum dan Advokasi YLBHI ini menilai Perda itu merupakan contoh kebijakan pemerintah yang tidak populer. “Seharusnya yang lebih penting dipikirkan Pemda adalah bagaimana caranya agar keberadaan gepeng tidak dianggap sebagai sebuah penyakit sosial yang harus diberangus,” kata Tobas, demikian ia biasa disapa.

Konsekuensinya, lanjut Tobas, Pemda harus segera memikirkan program pembangunan yang lebih kooperatif bagi keberadaan gepeng. “Selama ini gepeng cenderung mendapatkan perlakukan yang diskriminatif, terutama dalam hal mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak. Karenanya pemerintah harus segera membuat sebuah program dimana gepeng dapat berkompetisi secara fair,” ungkapnya.

Jatuhkan wibawa hukum

Sementara, pengajar Hukum Pidana Universitas Padjadjaran Yesmil Anwar menyesalkan rencana pengkriminalisasian terhadap pemberi sedekah. Sanksi pidana berupa kurungan dan denda, kata Yesmil, menjadi tidak sinkron dengan prinsip hukum pidana sebagai ultimum remedium alias senjata pamungkas. “Ada beberapa hal dimana penjatuhan sanksi pidana menjadi tidak tepat. Apalagi kalau sifatnya pelanggaran terhadap Perda,” ujar Yesmil.

Lebih jauh Yesmil mengatakan, pada prinsipnya tidak semua masalah sosial seperti fenomena gepeng bisa diselesaikan oleh norma hukum positif. “Jika salah dalam meletakkan dasar sosiologis dan filosofis dari suatu peraturan, bisa jadi malah menjatuhkan wibawa hukum,” kata Yesmil yang juga seorang kriminolog.

Yesmil lantas mencontohkan Perda tentang larangan merokok di tempat umum yang diberlakukan di Jakarta. Ketidakcermatan penyusun Perda dalam melihat faktor sudah membudayanya merokok di seluruh struktur lapisan masyarakat, akhirnya membikin implementasi Perda itu tidak efektif. “Bagaimana mau menegakkannya (Perda, red), wong masyarakat sudah terbiasa merokok. Ironisnya, aparat penegak hukumnya pun sambil merokok di lapangan. Jangan-jangan pejabatnya juga sambil merokok di ruang sidang ketika membahas Perda itu,” selorohnya. Walhasil, sambung Yesmil, disinilah awal ambruknya wibawa hukum.

Kecaman terhadap Perda itu juga datang dari Saldi Isra. Pakar Hukum Tata Negara Universitas Andalas ini malah menilai Perda itu sebagai sebuah upaya mencuci tangan dan 'potong kompas' untuk menyelesaikan masalah gepeng di perkotaan. “Padahal dalam konstitusi kan jelas tugas negaralah yang memelihara kaum miskin dan anak terlantar. Karena pemerintah tidak memelihara dengan baik, maka munculah fenomena gepeng. Ini yang tidak pernah dipikirkan pemerintah untuk mencari solusi pemecahannya,” tandasnya.

Menanggapi kritikan itu, Jornal dengan tegas menjawab, “Justru wibawa hukum menjadi semakin terinjak-injak ketika ada sebuah peraturan yang memuat larangan-larangan tanpa adanya sanksi. Lagi pula karakteristik masyarakat kita baru jera ketika sudah terkena sanksi.” Kendati demikian, Jornal berjanji memberikan semacam sosialisasi maupun himbauan langsung kepada masyarakat sebelum mengefektifkan sanksi pidana di dalam Perda itu.(www.hukumonline.com)

MAGIC, ONLY BASIC


“Tidak Ada Jalan Pintas Kemanapun Juga yang Pantas Dilalui.
Tidak Ada Keajaiban, Kecuali Menjalankan Hal yang Mendasar.”
~ Andrew Ho

Era globalisasi ditandai dengan mobilitas yang sangat tinggi. Pola hidup masyarakat ikut terbawa arus harus serba cepat, contoh makanan cepat saji yang kian digemari dan populer. Kini juga marak bisnis pelayanan serba ada, di mana konsumen tak perlu ke lain tempat untuk mendapatkan berbagai jenis barang atau jasa. Pola demikian dianggap selain menghemat waktu dan tenaga, tetapi yang terpenting juga lebih efisien.

Tetapi pola serba cepat dan instan tersebut tak berlaku dalam membangun kesuksesan yang berjangka panjang. Kita patut menyangsikan promosi yang menjanjikan keuntungan berkali-kali lipat dalam hitungan hari. Karena kita harus mampu dan melaksanakan hal-hal yang mendasar dengan baik terlebih dulu, sebelum dapat menciptakan kesuksesan secara bertahap dalam kecepatan cukup tinggi. Berikut ini merupakan hal-hal mendasar yang mesti kita kuasai dan terapkan dari hari ke hari.

Mengenali diri sendiri merupakan langkah mendasar untuk meraih kesuksesan. Dengan mengenali diri sendiri kita akan dapat mengukur seberapa besar kekuatan yang kita miliki untuk menghadapi tantangan dan seberapa besar kekurangan yang harus kita perbaiki. Bisa jadi kekuatan kita lebih efektif sampai 10 kali lipat dibandingkan kelemahan yang kita miliki, bila kita menggunakan semua potensi secara maksimal.

Faktor lain yang cukup mendasar lainnya adalah menentukan target. Karena target yang jelas adalah kekuatan yang mengarahkan semua tindakan kita semakin mendekati kesuksesan. Kita dapat menuliskan konsep target tersebut pada selembar kertas untuk jangka waktu pendek, menengah, dan panjang, agar kita mudah diingatkan.

Hal mendasar yang harus kita lakukan selanjutnya adalah mengembangkan kemampuan khususnya di bidang usaha yang sedang kita tekuni. Kita tak mungkin menjalankan sebuah bidang usaha tertentu tanpa kemampuan di bidang tersebut. Dengan demikian kita akan menguasai kunci-kunci sukses maupun kemungkinan-kemungkinan yang dapat menghalangi atau mempercepat tercapainya tujuan kita.

Satu hal yang cukup mendasar dalam mengembangkan bisnis dan meraih kesuksesan adalah menikmati pekerjaan tersebut. Sebagaimana pepatah mengatakan, “Ketika bekerja menjadi suatu permainan, maka kita tak perlu lagi bekerja di hari yang lain. – When work meets play, we need not work another single day.” Kita tidak akan merasa letih bila pekerjaan itu sangat kita sukai, bahkan kita bekerja lebih cepat.

Kemampuan dasar selanjutnya yang harus kita kembangkan untuk mencapai kesuksesan berjangka panjang adalah kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Kita tak mungkin menangani segala sesuatu secara detail, optimal, cepat, dan dalam jumlah besar tanpa bantuan orang lain. Upayakan sebuah sistem yang jelas dan teratur serta mudah diterapkan, sehingga kerjasama tersebut dapat membudaya dengan baik.

Kemampuan bekerjasama dengan orang lain disebut sebagai satu hal yang mendasar, karena sebagian besar orang-orang sukses di dunia ini menjadi bagian dari sebuah tim. Sebuah tim adalah solusi untuk dapat menggunakan kekuatan sekaligus kekurangan diri kita. Saya menyebutnya, “Together, everyone achieves miracles – Dalam kebersamaan semua orang meraih keajaiban.”

Untuk memastikan kita berada dalam sebuah tim yang solid dan produktif, maka kita harus meluangkan beberapa waktu untuk berkomunikasi dan mengenal tim kerja dengan baik. Komunikasi sangat dibutuhkan untuk mengetahui apakah anggota tim kita memiliki visi dan misi yang sama. Selain itu, komunikasi memungkinkan kita menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat guna menunjang perubahan dan kemajuan usaha kita. Berdasarkan fungsinya yang cukup penting, kemampuan berkomunikasi merupakan hal mendasar yang semestinya kita miliki.

Hal penting lainnya yang harus kita perhatikan untuk mencapai kesuksesan besar adalah fokus pada bidang tertentu. Jangan menjalankan beberapa bisnis sekaligus pada satu waktu yang bersamaan. Bila kita fokus pada bidang yang kita tekuni maka akan merangsang terciptanya inovasi dan kemajuan yang terus-menerus.

Beberapa hal di atas merupakan hal mendasar yang mesti kita lakukan. Mungkin pada permulaan kita tak dapat menjalankannya dengan baik. Tetapi bila kita berkomitmen menjalankan semua hal mendasar tersebut, maka seiring perjalanan waktu kita akan lebih profesional. Pastikan kita sudah menggunakan waktu menjalankan semua hal mendasar tersebut sebaik mungkin untuk meraih kesuksesan jangka panjang atau bersifat lebih permanen.[aho]

Kisah seekor Kupu-kupu


SEBUAH PERENUNGAN

Seseorang menemukan kepompong seekor kupu. Suatu hari
lubang kecil muncul.Dia duduk mengamati dalam beberapa
jam calon kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan
memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian
kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya
dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih
jauh lagi. Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk
membantunya. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong
sisa kekangan dari kepompong itu.

Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia
mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayap
mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena
dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu
akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang
tubuhnya, yang mungkin akan berkembang seiring dengan
berjalannya waktu. Semuanya tak pernah terjadi.

Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya
merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan
sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang.

Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan
orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat
dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk
melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa
cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam
sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap
terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong
tersebut.

Kadang-kadang perjuangan adalah suatu yang kita
perlukan dalam hidup kita. jika Tuhan membiarkan kita
hidup tanpa hambatan perjuangan, itu mungkin justru
akan melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang
semestinya yang dibutuhkan untuk menopang cita-cita
dan harapan yang kita mintakan.

Kita mungkin tidak akan pernah dapat "Terbang"
Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengasih dan maha
Penyayang.

Kita memohon Kekuatan...Dan Tuhan memberi kita
kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar.

Kita memohon kebijakan...Dan Tuhan memberi kita
Berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar kita
bertambah bijaksana.

Kita memohon kemakmuran...Dan Tuhan memberi kita Otak
dan Tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam
mencapai kemakmuran.

Kita memohon Keteguhan Hati...Dan Tuhan memberi
Bencana dan Bahaya untuk diatasi.

Kita memohon Cinta...Dan Tuhan memberi kita
orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan
dicintai.

Kita Memohon kemurahan / kebaikan hati...Dan Tuhan
memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih
berganti.

Begitulah cara Tuhan membimbing Kita...

Apakah jika saya tidak memperoleh yang saya inginkan,
berarti bahwa saya tidak mendapatkan segala yang saya
butuhkan? Kadang Tuhan tidak memberikan yang kita
minta, tapi dengan pasti Tuhan memberikan yang terbaik
untuk kita, kebanyakan kita tidak mengerti / mengenal,
bahkan tidak mau menerima rencana Tuhan, padahal
justru itulah yang terbaik untuk kita.

Wortel, telur, atau biji kopi ?


SEBUAH PERENUNGAN

wortel, telur, atau biji kopi?

Seorang anak perempuan mengeluh pada sang ayah
tentang kehidupannya
yang sangat berat. Ia tak tahu lagi apa yang harus
dilakukan dan
bermaksud untuk menyerah. Ia merasa capai untuk
terus
berjuang dan berjuang.
Bila satu persoalan telah teratasi, maka persoalan
yang lain muncul.
Lalu, ayahnya yang seorang koki membawanya ke
dapur.
Ia mengisi tiga
panci dengan air kemudian menaruh ketiganya di atas
api. Segera air
dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama
dimasukkannya beberapa
wortel Ke dalam panci kedua dimasukkannya beberapa
butir telur. Dan,
pada panci terakhir dimasukkannya biji-biji kopi.
Lalu
dibiarkannya
ketiga panci itu beberapa saat tanpa berkata sepatah
kata.
Sang anak perempuan mengatupkan mulutnya dan
menunggu dengan tidak
sabar. Ia keheranan melihat apa yang dikerjakan
ayahnya. Setelah sekitar
dua puluh menit, ayahnya mematikan kompor.
Diambilnya
wortel-wortel dan
diletakkannya dalam mangkok. Diambilnya pula
telur-telur dan ditaruhnya
di dalam mangkok. Kemudian dituangkannya juga kopi
ke
dalam cangkir.
Segera sesudah itu ia berbalik kepada putrinya,
dan
bertanya:
"Sayangku, apa yang kaulihat?"
"Wortel, telur, dan kopi," jawab anaknya.
Sang ayah membawa anaknya mendekat dan memintanya
meraba wortel. Ia
melakukannya dan mendapati wortel-wortel itu terasa
lembut. Kemudian
sang ayah meminta anaknya mengambil telur dan
memecahkannya. Setelah
mengupas kulitnya si anak mendapatkan telur matang
yang keras. Yang terakhir
sang ayah meminta anaknya menghirup kopi. Ia
tersenyum
saat mencium
aroma kopi yang harum. Dengan rendah hati ia
bertanya
"Apa artinya, bapa?"
Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda telah
merasakan penderitaan
yang sama, yakni air yang mendidih, tetapi reaksi
masing-masing
berbeda. Wortel yang kuat, keras, dan tegar,
ternyata
setelah dimasak dalam
air mendidih menjadi lembut dan lemah. Telur yang
rapuh, hanya memiliki
kulit luar tipis yang melindungi cairan di dalamnya.
Namun setelah
dimasak
dalam air mendidih, cairan yang di dalam itu
menjadi
keras. Sedangkan
biji-biji kopi sangat unik. Setelah dimasak dalam
air
mendidih, kopi
itu mengubah air tawar menjadi enak.

"Yang mana engkau, anakku?" sang ayah bertanya.

"Ketika penderitaan mengetuk pintu hidupmu,
bagaimana reaksimu?
Apakah engkau wortel, telur, atau kopi?"

Bagaimana dengan ANDA, sobat?

Apakah Anda seperti sebuah wortel, yang kelihatan
keras, tetapi saat
berhadapan dengan kepedihan dan penderitaan menjadi
lembek, lemah, dan
kehilangan kekuatan?

Apakah Anda seperti telur, yang mulanya berhati
penurut? Apakah
engkau tadinya berjiwa lembut, tetapi setelah
terjadi
kematian, perpecahan,
perceraian, atau pemecatan, Anda menjadi keras dan
kepala batu? Kulit
luar Anda memang tetap sama, tetapi apakah Anda
menjadi pahit, tegar
hati,serta kepala batu?

Atau apakah Anda seperti biji kopi? Kopi mengubah
air panas, hal yang
membawa kepedihan itu, bahkan pada saat puncaknya
ketika mencapai 100¡¦lt;BR>C. Ketika air menjadi panas, rasanya justru menjadi
lebih enak. Apabila
Anda seperti biji kopi, maka ketika segala hal
seolah-olah dalam
keadaan yang terburuk sekalipun Anda dapat menjadi
lebih baik dan juga
membuat suasana di
sekitar Anda menjadi lebih baik.
Bagaimana cara Anda menghadapi penderitaan?
Apakah
seperti wortel,
telur, atau biji kopi?

BEBAN HUTANG PEWARIS KEPADA AHLI WARIS


Pertanyaan :

Apa dasar hukum di Indonesia bagi pelimpahan beban hutang maupun bukan hutang (harta kekayaan yang sifatnya menambah kekayaan dalam bentuk apapun) yang ditinggalkan oleh seseorang kepada ahli warisnya.

Misalnya: seseorang bernama A menandatangani perjanjian pembiayaan sewa guna usaha dan membuka rekening di perusahaan sekuritas untuk bermain saham. Pada saat meninggal, si A tersebut berdasarkan perjanjian sewa guna usaha masih mempunyai kewajiban yang harus dibayarkan sebesar Rp. 200 juta dan meninggalkan hutang sebanyak Rp. 100 juta di perusahaan sekuritas karena kalah bermain saham. Si A mempunyai istri bernama B dan 2 anak masing-masing C (laki-laki) berumur 15 tahun dan D (perempuan) berumur 20 tahun. Status kedua anak tersebut belum menikah. Apa dasar hukumnya bagi perusahaan pembiayaan dan perusahaan sekuritas untuk menagih hutang si A kepada ahli warisnya (keturunannya)?

dari Raphael Kodrata



Jawaban :


Dalam pasal 833 ayat (1) KUHPerdata dinyatakan bahwa sekalian ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas semua barang, semua hak dan semua piutang orang yang meninggal (pewaris).

Yang dimaksud dengan ahli waris adalah setiap orang yang berhak atas harta peninggalan pewaris dan berkewajiban menyelesaikan hutang-hutangnya. Hak dan kewajiban itu timbul setelah pewaris meninggal dunia.

Hak waris itu didasarkan atas hubungan perkawinan, hubungan darah, dan surat wasiat yang diatur dalam undang-undang.

Sedangkan harta warisan adalah segala harta warisan yang ditinggalkan oleh pewaris setelah dikurangi dengan semua hutangnya. Dari pengertian ini jelas yang utama diperhatikan pada hak atas harta warisan bukan pada kewajiban membayar hutang-hutang pewaris. Kewajiban membayar hutang tetap ada pada pewaris, yang pelunasan dilakukan oleh ahli waris dari harta kekayaannya yang ditinggalkannya.

Mengenai hutang A kepada perusahaan pembiayaan dan perusahaan sekuritatas yang akan ditagih pada ahli warisnya, maka dalam hal ini harus dilihat dulu apakah harta warisan itu mencukupi/tidak dan apakah ahli waris itu diwajibkan menerima warisan yang jatuh kepadanya. Dalam pasal 1045 KUHPerdata dinyatakan tak seorangpun diwajibkan menerima warisan yang jatuh padanya. Dengan demikian ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu penerimaan warisan atau penolakan warisan.

Apabila ahli waris menerima warisan, maka penerimaan itu ada dua macam yaitu penerimaan secara penuh dan penerimaan dengan mengadakan pendaftaran warisan.

Penerimaan dengan penuh dapat dilakukan dengan tegas atau dilakukan dengan diam-diam.Dengan tegas apabila seseorang dengan suatu akta menerima kedudukannya sebagai ahli warisnya. Dengan diam-diam apabila melakukan perbuatan yang dengan jelas menunjukan maksudnya menerima warisan, misalnya melunasi hutang-hutang pewaris, mengambil atau menjual barang warisan (pasal 1048 KUHPerdata).

Penerimaan warisan secara penuh mengakibatkan warisan itu menjadi satu dengan harta kekayaan ahli waris yang menerima itu. Ahli waris berkewajiban melunasi hutang pewaris. Dengan kata lain, para kreditur pewaris dapat menuntut pembayaran dari ahli waris itu. Jika harta kekayaan pewaris itu tidak mencukupi, ia harus membayar kekurangannya dengan harta kekayaannnya sendiri.

Apabila penerimaan warisan dengan hak mengadakan pendaftaran, maka menurut pasal 1023 KUHPerdata ahli waris yang bersangkutan harus menyatakan kehendaknya itu kepada Panitera Pengadilan Negeri dimana warisan itu telah terbuka. Akibatnya menurut pasal 1032 KUHPerdata :
1. ahli waris tidak wajib membayar hutang dan beban pewaris yang melebihi jumlah warisan yang diterimanya;
2. ahli waris dapat membebaskan diri dari pembayaran hutang pewaris dengan menyerahkan warisan kepada para kreditur;
3. kekayaan pribadi ahli waris tidak dicampur dengan harta warisan, dan ia tetap dapat menagih piutangnya sendiri dari harta warisan itu.(www.asiamaya.com)